Gak Pake Judul

Sore itu waktu yang cukup melelahkan untuk Adit. Ia harus menyiapkan segala sesuatu keperluan untuk dibawa ke kampung halamannya. baju dan barang bawaan lain sudah dipersiapkannnya sejak pagi dan ditinnggal di rumah kos. Sepeda motor yang enam bulan tak di servis akhirnya masuk bengkel juga sekedar mengganti oli. Maklum, irit adalah motonya.

Tak seperti biasanya, Adit pulang ke kotanya Lhokseumawe pada sore hari. Alasan utama yang digunakan adalah ingin merasakan suasana malam di jalan raya. Ditambah lagi, kali ini ia pulang bersama sepupunya yang juga tinggal di daerah yang sama.

Lhokseumawe adalah salah satu kabupaten/kota yang terletak di sebelah utara Aceh. Kota kedua terbesar di Aceh ini lebih dikenal dengan sebutan petro dolar karena memang punya beberapa perusahaan industri menetap di sana.

Beberapa hari ini Banda Aceh memang terus dilanda hujan. Belakangan di Kutaraja memang kemarau panjang, Bahkan ada sebagian daerah yang masyarakatnya melakukan shalat meminta hujan. Doapun terkabul. hujan beberapa minggu terus membasahi hujan. Tapi hari ini berbeda.

Sejak pagi matahari terus memberi cahaya lepas untuk sang tanah. Seakan mempersilakan Adit dan kakaknya untuk pulang.

Tanpa disadari keduanya. Anggi memantau kepulangan Adit. Dari dua hari yang lalu, wanita hitam manis ini terus mencari tahu tentangnya. "Aku menunggumu sayang," katanya setiap melihat paras Adit yang saban kali membuat jantung Anggi serasa berguncang. Entah apa penyebabnya.

Anggi bukan baru sehari mengenal laki-laki semester 7 itu. Sejak di Lhokseumawe hingga Banda Aceh, wanita mungil itu terus mengamati Adit dan pernah diketahui. Bahkan mereka tak pernah mengobrol, tapi secara tak sadar, jasa Anggi cukup membantu laki-laki itu menjalankan segala rutinitas.

4:30, usai shalat Ashar, Adit langsung menggeber motornya menuju rumah Leni, sepupu. Semua peralatan tempur sudah disiapkan. Jaket,