Kak Dan Menamparku Dengan "Surat Modernnya"

Ada waktu dimana seseorang bakal menemukan titik jenuhnya. Ada saat dimana seseorang bakal mendapat semangat dari kata-kata kecil dari seorang yang tak terduga. Semangat ? tak semua orang yang kita kenal bakal memberi sebuah energi positif yang kiranya sangat berguna.


Hari itu kebetulan di fakultasku sedang berlangsung acara pemilihan ketua dewan mahasiswa baru. Saat itu aku sedang bersama seorang teman, kak dani di kantin. Dia adalah teman sekaligus kakak  bagiku, di juga dosen di fakultas syariah. Karena terburu-buru ingin melihat kegiatan itu, aku meninggalkan notebook milikku pada kak dani.

Lumayan lama sih aku pergi dan hingga aku kembali, dia masih saja menjaga labtopku. Kata dia, tadi saat aku pergi dia menggunakannya.  Beberapa menit sempat berbincang hingga dia pergi untuk mengajar. Aku gak tau ternyata kak dani buat pesan penyemangat. Lama aku duduk di kantin, hingga handpphone ku bergetar.

“Rayful, aku ada tulis surat untuk mu judunya Dear Rayful di labtop,” tulis kak dani padaku.

“haha dimana kak ?” jawabku

“Di D,” kira-kira begitu percakapan singkat kami.

Kucari dan kubuka tulisan sesuai dengan petunjuknya. Kubaca pesan itu sambil tersenyum sendiri. Aneh aneh saja kupikir karena memag jarang ada orang yang membuat surat modern langsung di notebook objeknya. Kubaca saja perlahan.

Di ‘surat’ itu banyak berisi soal curhatnya mengenai pesan modern dan manfaatnya. Yang paling membuatku tertarik adalah penilaiannya terhadapku yang kukira sangat subjektif. Baik buruk dikatan olehnya. Tapi sangat kuhargai apa yang ia buat untukku. Jarang di era modern ini masih ada seseorang yang mau menilai seseorang lain agara bisa lebih baik lagi dimasa mendatang.

Pesan yang kudapat darinya adalah bagaimana aku bisa mengendalikan diri menjadi lebih baik, ya kan kak Dan ? apalagi kebiasaan marah yang seakan menjadi pekerjaanku setiap hari. Budaya yang sangat sulit kutinggalkan. Budaya ke aku-an yang menjadikan aku semakin buruk dimata teman-teman.

Serasa disambar petir saja rasanya. Ditampar sama surat kak Dan. Ini ada beberapa penggalan yang kuambil dari surat yang diberikannya kepadaku.

‘marah’ bukanlah sifat yang memberi manfaat pada seorang manusia Raf. Itu adalah sifat yang justru menjerat pada rasa bersalah. Dan marah menunjukkan betapa ‘kecil’ kemanusiaan seseornag dan betapa besar nilai ‘keakuan’ dalam dirinya. Persoalannya adalah, kita bukan siapa-siapa. Kenapa kita harus marah? Kenapa kita  harus menghakimi orang lain?

Ok, kalimat saya mulai ngelantur. Intinya, saya melihat potensi besar dalam diri Raf. Harap ku dirimu tidak menghabiskan banyak waktu untuk sesuatu yang tidak membuat mu menihilkan ‘diri’ dan tidak berbahagia.

Sangat dan sangat berguna memang apa yang disampaikannya. Aku memang tipe orang yang sangat memandang diri lebih baik dari orang lain. Meski begitu, aku selalu berusaha menjadi orang yang mudah diterima oleh orang lain.

Kak Dan kini menjadi slaah satu orang yang bisa kujadikan sebagai motivatorku. Dengan gaya bicaranya yang seakan dibelakang rumahnya tugu monas itu, ia banyak memberi pelajaran. Tentang hal apapu. Selalu berfikir logika dan mendukung apa yang menurutnya benar.


Aku ragu kak Dan bakal baca, tapi seandainya boleh berharap. Semoga masih banyak orang di dunia ini seperinya. Hidup yang sederhana namun memberikan banyak manfaat kukira sangat diharapkan oleh semua. terlebih lagi saat membangun tingkah personal seseorang menjadi lebih baik lagi. Thanks kak Dan. Aku tunggu penilaian tentangku dan pesan lainnya darimu kak. [] 

Comments

Populer