Cerbung Asal : Potongan Kisah Hidupku Part 1
Assalamualaikum pembaca... ini cuma sekedar share aja, (kurang kerjaan), boleh dikomentari hehe..
oya, percakapannya agak rancu karna kurang nampak gaya bicara anak aceh yang sok2 indo hehe .. keep enjoy..
oya, percakapannya agak rancu karna kurang nampak gaya bicara anak aceh yang sok2 indo hehe .. keep enjoy..
Pagi Itu..
Rona biru masih menghiasi langit Koeta Radja dengan segala kedinginannya.
Jalanan ibu kota pun masih begitu lengang,
mungkin orang-orang masih berada di rumah mereka, ya paling tidak sedang
bersiap untuk keluar beraktifitas. Pantas saja, jam di rumah tempat tinggalku
masih menunjukkan pukul 6:30 pagi, dimana penghuni disini masih melakukan
`tugas` pagi.
Dengan malasnya aku beranjak dari tempat tidurku untuk menunju ke kamar
mandi, eh aku masih ingin minum teh buatan Ade, sepupuku. Aku menjadi langganannya
yang selalu meneguk teh sebelum mandi. Hawa kehangatan pun memenuhi relung
tubuh, ya sedikit bisa menghilangkan rasa malas di pagi hari. Dua motor milik
saudara ku pun kukeluarkan dari rumah.
Mandi pun akhirnya kulakukan setelah semua tugas pagi ku selesai. Keluar
dari kamar mandi, gantian Ade yang mandi. Sedang mencari-cari baju yang cocok,
pikiran ku tiba-tiba terhenyak, aku lupa kalau hari ini motor Mio J milik
saudaraku yang kugunakan sehari-hari sudah minta `minum`.
Ahh merusak ketenangan pagi ku saja, pikirku. Bukan hanya masalah itu
yang membebani pagi ku, uang saku ku pun sudah tak ada lagi.. Omaigatt !!.
Setelah bergegas, kunyalakan motorku. Bergegas menuju ke sebuah kios
kecil yang ada di dekat tempat tinggalku, lokasinya berada di pinggiran jalan.
Wanita yang biasa berjualan disana sudah beberapa kali memberikan `pinjaman`
bensin, biasa sore atau malam harinya baru ku ganti uangnya, namun hari ini
berbeda.
“Kak, utangin minyaknya lah,” kataku kepada Kak Yus sambil
memelas.
“Waduh lagi gak ada ni, kosong,”
jawabnya mengecewakanku.
“Kenapa ? Gak ada uang ya ?.”
“hehe.. ia ni Kak.”
“Yaudah, kalo gitu kakak pinjamin uang saja.”
“Ahh gak usah kak, yasudah makasih ya kak,” kataku sambil berlalu
meninggalkannya dengan motor yang hampir kritis karena kekurangan bensin ini.
“Ahh pasrah saja,” pikirku.
Tiba dirumah, langsung saja aku masuk dan menyambar tas hitam, yang kata teman-teman dikampusku
itu merupakan lemari buatku di kursi ruang tamu. Sebenarnya mareka sangat
berlebihan, di tasku ini tak banyak menyimpan barang kok, hanya tiga buku bacaan,
satu binder untuk kampus, t-shirt, jaket, map dokumen sekolah dan kuliah,
balsem pemberian ibuku, notebook, alat tulis yang terkadang ada terkadang
menghilang enteh kemana, serta kertas dan buku-buku coretan ku. hanya sedikit
kan ^^.
“Makyang, Phonna pergi ya” kataku kepada saudaraku
yang masih berada di rumah sambil
berlalu dengan motorku bersama Ade. Oya Phonna itu namaku di kalangan keluarga. Seperti biasa, di hari sekolah aku
selalu mengantarnya ke sekolah, sekitar tiga kilometer dari tempat tinggal
kami.
Kegundahan menyelimutiku saat mengantarkannya ke sekolah, bukan kerena
ketingggalan tas atau helm lusuhku. Pikiranku kembali tertuju pada motorku yang
minta minum. Di kantong, aku hanya punya uang dua ribu. “Uhh harus gimana ni,”
pikirku dalam hati.
10 menit sudah aku mengendarai motor maticku hingga akhirnya tiba di
depan sekolah sepupuku, motor tiba-tiba mati !!!.
“Kenapa bang ? .”
“Habis bensin nih, tapi yasudah, aku pergi ya.”
“Oke.”
Kupaksakan motor ini untuk tetap bertahan hingga tiba di kios yang
menjual minyak eceran tak jauh dari sekolah, hingga akhirnya sampai juga
setalah berulang kali mati.
Kios kecil itu sudah tak asing lagi bagiku, setiap hari saat
mengantarkan Ade ke sekolah, aku selalu melawati jalan dimana kios tersebut
berada. Langsung saja aku menghampiri wanita separuh baya yang menjadi penjual
disana. Minder pun tiba-tiba menghampiriku karena hanya mampu membeli bensin Rp
2 Ribu.
Setelah ia melayani pelanggannya yang kebanyakan anak-anak sekolahan
putih-merah yang membeli jajanan kepadanya.
“Bu, ada jual bensin ?.”
“ Ada dek, berapa liter ? satu, dua ?.”
“Dua Ribu saja boleh Bu ?.”
“Owh, di dalam plastic atau langung ke motor.?”
“Langsung ke motor saja Bu,”
Kuserahkan uang kertas 2 ribu kepadanya sebelum ia menaruh minyak ke
dalam tangki motor.
“Oke, makasi ya bu.”
“Ia sama-sama dek.”
“Alhamdulillah,” pikirku sambil melaju menuju ke kampusku tempat
sekarang aku menuntut ilmu.
Cuaca dingin pagi hari ternyata tak mampu membangun semangatku hari itu.
Penyesalan demi penyesalan pun hadir dalam kehidupan yang pelik ini, termasuk
wawancara kerja yang ku anggap gagal beberapa hari lalu di salah satu stasiun
radio lembaga nasional. “Aku pasrah deh, itu mungkin jadi pelajaran buatku di
masa mendatang,” aku membatin.
Kesempatan Kedua
Matahari minggu itu cukup untuk membuat telur ayam menjadi matang. Namun
sepertinya pantai yang berada puluhan kilometer dari ibukota Banda Aceh, Ujong
Kareung tak urung sepi pengunjung, terlebih kami sedang melakukan kegiatan
sosial hari itu. Pantai yang jauh dari hiruk pikuk perkotaan ini belum pernah
aku kunjungi sebelumnya, namun terlihat biasa saja dimataku. Namun hari itu aku
kurang beruntung menjadi panitia karena harus mencuci belasan piring kotor
untuk digunakan oleh tamu undangan yang tak mendapatkan piring.
“Yuk Di, kita cuci saja piring ini ke laut,” kataku kepada temanku Dedi,
padahal dia saat itu menjadi ketua panitia, tapi kok nyuci piring ya.
Dedi adalah salah seorang yang sebenarnya baru ku kenal pertengahan
tahun lalu di lapangan bola. Saat itu aku sedang iseng-isengnya belajar menjadi
seorang kuli tinta, khususnya sepakbola Aceh. ya kerjaku selalu menonton
pertandingan bola saja, asik namun lama-lama aku bosan, tapi terus saja kujalani hingga bisa menyenangkan kembali.
Aku mengenal Dedi dari Fakhry, mahasiswa satu fakultan denganku. Mereka
berdua menjadi tim medis saat itu. Disapanya aku oleh Fakhry, dan segera
kudekati mereka berdua.
“Sombong ya gak liat-liat,” kata Fakhry.
“Ngapain kalian disini ?.”
“Gak kita lagi duduk aja ni.”
“Ihh bohong nih.”
“Yah gak percaya dia Ry,” sambung Dedi kala itu.
Ngarol ngidul di pinggiran lapangan bola hari itu ternyata mengawetkan
hubungan kami. Hingga hampir satu tahun kami tetap berhubunga baik.
***
“Ayo Ful, orang tu gak ada yang mau, mendingan kita cicu saja.”
“Oke.”
Langsung saja kami menjauh dari acara sosial itu dan mendekati bibir
pantai yang hanya terdapat beberapa anak
kecil main air disana. Rasanya aku tak rela harus melepaskan sepatuku hanya
untuk mencuci piring kotor itu. Namun Dedi berinisiatif duluan untuk membuka
sepatunya dan mendekati laut untuk
lakukan kerja kasar itu.
Dari kejauhan aku melihat dua orang wanita yang tak asing lagi
dibenakku. Mereka adalah Dara dan Dek La.
“Eh bantu lah, enak aja cuma nonton.”
“Kami cuma perlu piringnya ni, laperr haha.” cetus Dara.
“Ihh bantuin napa.”
“Weeek,” ejek Dara kepadaku.
Kulihat Dedi yang sendri mencuci piring, akupun tak tega hingga
kulepaskan sepatuku dan aku ikut bersama Dedi agar cepat selesai. Cuci ala kami
berdua pun agak aneh, dia memegang piring, sedang aku berusaha membersihkannya
dengan tangan kosong dan langsung membilasnya.
“Gak perlu bersih-bersih amat Ful, udah cukup tu.”
“Iyaiya, tapi kan jangan sampai banyak pasirnya.”
Selesai itu lansung saja kami merapat kembali ke meja saji dan menaruh
piring yang telah bersih. Walaupun masih ada pasirnya sih.
“Capek Di.”
“Yalah, capek.”
“Haha kasian kalian,” potong Dara sambil mengambil nasi dan kari kambing
bersama Dek La.
“Iss anak tu,” gerutuku.
“kkrrrt… krrrrt… krrrrt,” hanphone kecil ku bergetar.
“Nomor yang tak ku kenal, siapa ini,” tanyaku dalam hati. Langsung saja
kuangkat, mungkin orang penting, fikirku.
“Halo Rayful,” suara seorang wanita di ujung telepon.
“Iya.”
“Masih mau nyiar radio ?,” aku terhentak dan langsung teringat tawaran
nyiar yang pernah ditawarkan oleh Kak Tati beberapa bulan yang lalu namun aku
menolak.
“Owh iyaiya, kenapa kak ?,” tanyaku antusias.
“Kami masih perlu orang ni, kalo Rayful mau, besok ke studio ajak tiga
orang teman ya, biar nanti sekalian wawancara.”
“Owh iaia kak, makasi ya kak.”
“Oke, nanti kakak kabari lagi ya, Assalamu`alaikum.”
“Wa`alaikum salam kak.”
Kututup hanphoneku dan wajah sumringah pun menjadi ekspresi pertamaku
kala itu. “Alhamdulillah Rabb,” aku membatin. Tak mungkin lagi kutolak
penawaran ini, selain ini untuk mendapat dana tambahan selama berada di Banda
Aceh pikirku, ini adalah penawaran dan kesempatan kedua yang diberikan oleh kak
Tati kepada ku. Beberapa bulan lalu, aku sempat ditawari menyiar di radio
dimana ia juga bekerja disana. Namun karena aku sangat ingin pulang ke
Lhokseumawe tempat orang tuaku menetap, maka tawaran itu kutolak sambil meminta
maaf kepadanya. “Nanti kalau ada lagi job, kabari Rayful ya Kak,” kataku dulu
setelah menolak penawarannya. Dan kupikir ini adalah kesempatan keduaku.
Kuceritakan hal itu pada sahabat dekat ku, Dara saat kami pulang bersama
usai acara yang melelahkan namun menyenangkan itu. Kebetulan aku tak membawa
motor lantaran motorku minta minum lagi. Kutinggalkan saja di rumah temanku. Kami
pulang berdua menggunakan motor miliknya, sorak sorai temen-teman pun membahana
ketika tahu kami pulang berdua. wajar saja, hampir semua orang yang mengenal
kami menganggap aku dan Dara menjalin hubungan gimanaa gitu, padahal hanya
teman saja, tidak lebih. Hanya saja kami sering melakukan aktifitas bersama,
maklum lah, kami memiliki hobi yang sama yaitu menulis. Untuk menyalurkan
tulisan, kami berdua memilih media massa dan itu yang membuat kami selalu
dekat.
Lebih dari itu, walaupun aku baru dua tahun mengenalnya, tapi dia sudah
kuanggap sebagai adikku sendiri. Lebih
dari itu mungkin tidak.
Sambil jalan akupun menceritakan kepadanya. Namun seperti ada yang aneh
kala itu, dara seperti kemasukan malaikat nyasar. Wah bijaknya luar biasa,
bicaranya lembut sekali, fenomena langka ni.
“Apa ente sanggup bagi waktu nanti ?.”
“Insya Allah Ra, kan nanti waktunya malam.”
“Iya deh, yang penting harus bisa bagi waktu aja Ful.”
“Iya, tapi kalo gak diterima sayang Ra, untuk tambah uang jajan aja.”
Perbincangan kami menjadi panjang, tanpa sadar aku pun melambatkan
kecepatan motor yang kubawa sejak tadi. Hingga akhirnya aku sampai di rumah
temanku di kawasan Beurawe, teman SMA ku dulu saat di Lhokseumawe. Sampai
disana, akupun kelelahan karena seharian disibukkan dengan acara sosial tadi hingga
akhirnya aku terlelap sejenak dan sekitar pukul 9 malam baru kembali ke tempat
tinggalku, Ulee Lheue. []
bahsanya....
ReplyDeletehmmmmmmmmmm not bad lah...
keep writing pul...
smg sukses di msa dpan...
VIMAX PEMBESAR PENIS CANADA
DeleteBikin Penis Besar, Panjang, Kuat, Keras, Dengan Hasil Permanent
isi 30 cpsl Untuk 1Bulan Hanya.500.000;
Promo 3 Botol Hanya.1.000.000;
ANEKA OBAT KUAT EREKSI DAN T.LAMA
PERANGSANG WANITA SPONTAN
( Cair / Tablet / Serbuk / Cream) 5Menit Reaksi Patent.
Sangat Cocok Untuk Wanita Monopouse/ Kurang Gairah.
ANEKA COSMETIK BERKWALITAS TERBAIK
( Pelangsing Badan, Pemutih Muka & Badan, Flek Hitam,
Jerawat Membandel, Gemuk Badan, Cream Payudara,
Obat Mata Min/ Plus, Peninggi Badan, Cream Selulit,
Pemutih Gigi, Pembersih Selangkangan/ Ketiak,
Pemerah Bibir, Penghilang Bekas Luka, Perapet Veggy,
ALAT BANTU SEXSUAL PRIA WANITA DEWASA
tlp: 0822 2121 8228 - 087 831 434 777 BBM.24CEE3AE MR.SHOLE